Category : Essay Lepas

Home»Archive by Category "Essay Lepas" (Page 4)

“Happiness Project” di Lapak Sekolah Bersama oleh Penerima Beasiswa Pondokan MAB

Belajar Mengajar Lapak Sekolah Bersama

Jakarta, Sabtu (03/12) Para penerima Beasiswa Pondokan MAB melakukan aksi sosial bertajuk “Happiness Project” yang diadakan di Lapak Sekolah Bersama, sebuah rumah belajar bagi anak-anak pemulung di daerah Ragunan. Happiness Project adalah sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh para penerima Beasiswa MAB untuk menumbuhkan rasa empati sosial kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan. Melalui Happiness Project, para penerima Beasiswa Pondokan MAB diharapkan menjadi insan yang pandai bersyukur, memiliki rasa empati yang tinggi serta lebih semangat dalam menjalani kehidupan.

Pertama kali tiba, melihat kondisi Lapak Sekolah Bersama yang hanya sebuah ruang kecil di atas rumah, kami merasakan betapa ruang kotak kecil ini sedikit banyak telah memberikan kebermanfaatan sebagai ruang belajar bagi anak-anak pemulung di sini.

Sekitar 20 anak hadir pada sesi kami pagi itu. Mereka nampaknya telah belajar beragam hal dari Kakak-kakak pengajar yang telah lama menginisiasi program ini. Niat awal kami yang ingin mengajarkan seni melipat origami dan bernyanyi harus terhenti karena mereka ternyata sudah lebih pandai dari kami.

Ya, sejatinya memang kamilah yang banyak belajar dari mereka, anak-anak pemulung yang kelak akan memiliki masa depan yang juga akan cemerlang.

Karena berbagi tak pernah dilihat dari apa yang diberikan, pagi itu dengan donat dan permen yang kami bawa, keceriaan di antara kami tercipta. Perbincangan mengenai tata surya menjadi hal yang menarik untuk diceritakan kepada mereka. Hingga akhirnya, waktu jua yang memisahkan perjumpaan kami di sesi pagi itu.

Kami belajar arti pengabdian dari Kakak-kakak pengajar yang setiap Sabtu dan Minggu meluangkan waktu untuk membersamai adik-adik di sana, bukan sekali dua kali mereka ada. Hampir di tiap akhir pekan mereka tak pernah absen.

Untuk memulai kebaikan, selain tekad yang kuat diperlukan konsistensi untuk menjalaninya, seperti Kakak-kakak pengajar Lapak Sekolah Bersama yang hingga kini masih konsisten untuk membersamai Lapak Sekolah Bersama.

Aktivitas Sharing di ruang belajar

Bersama Kakak Pengajar Lapak Sekolah Bersama

Belajar dari Andi Nata yang Pantang Menyerah

andi nata

DITERIMA sebagai kandidiat peraih tiket khusus menjadi mahasiswa Universitas Indonesia membuat peluangku mengantongi Beastudi Etos menipis. Sekolah melarang siswanya yang mendaftar di jalur khusus UI yaitu Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB), dulu dikenal sebagai Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), menggandakan pendaftaran di Beastudi Etos dari Dompet Dhuafa.

Jalur PPKB bukan jalur yang menggratiskan semua ongkos kuliah. Karena tidak gratis maka saya, Andi Nata, berniat mendaftar beasiswa lain. Namun sayang, justru harapan itu hampir sirna oleh hambatan birokrasi. Saya tak menyerah. Saya meyakini beasiswa Dompet Dhuafa masih membuka peluang buat saya.

Tertutup peluang di kotaku, Cirebon, Jawa Barat, saya mendaftar Beastudi Etos di regional Bandung, ibu kota provinsi. Proses mendaftar dan tes saya lewati dengan kerja keras. Saya buta dengan Kota Bandung namun tekad yang menggebu-gebu tak menghalangi saya untuk menjalani proses yang sulit. Saya tidur di salah satu masjid di Universitas Padjadjaran menjelang tes seleksi beastudi.

Hasil seleksi bukan syarat utama peserta dipilih Dompet Dhuafa. Syarat utamanya adalah saya harus berhasil menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Beastudi Etos dibuat dengan sasaran mahasiswa di 14 kampus. Perguruan tinggi itu adalah Universitas Syah Kuala Aceh, Universitas Sumatera Utara Medan, Andalas Padang, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung dan Padjadjaran Bandung, Diponegoro Semarang, Gadjah Mada Yogyakarta, Brawijaya Malang, Institut Teknologi Surabaya, Airlangga Surabaya, Hasanuddin Makasar, dan Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur.

Beragam kerja kerasku berbuah manis. Saya diterima sebagai peraih Beastudi Etos. Pengumumannya disampaikan pada dua hari setelah Universitas Indonesia mengumumkan bahwa Andi Nata, namaku, diterima sebagai mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2007. Alhamdulillah!

Tapi masalah belum selesai sepenuhnya. Kendati saya mendapatkan banyak pemotongan ongkos kuliah dari UI, toh, saya tetap harus menanggung sisanya, Rp 2,75 juta. Jumlah itu, masih tergolong besar bagi saya. Saya mencoba tetap tenang melewati tahapan ini. Saya meminta penundaan pembayaran selama saya mencari jalan keluar menebus ongkos ini. Jalan keluar itu ketemu juga, saya mendapatkan beasiswa Alumni UI. Kendati masih ada sisa, tapi berkurangnya signifikan. Bebanku tinggal Rp 1,1 juta.

Sisa sebesar itu tetap saja belum bisa saya lunasi langsung. Bekal ibu hanya Rp 100 ritu ketika saya pamit berangkat kuliah. Saya tidak menuntut lebih ke orang tua, karena saya memahami, kala itu keluarga sedang ditimpa krisis keuangan karena ayah berhenti bekerja setelah perusahaannya bangkrut. Kesadaran untuk tidak banyak menuntut juga muncul sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Dengan adik yang masih tiga orang, ayah dan ibu sudah terbebani banyak kebutuhan untuk adik-adik saya. Saya pamit dengan menggenggam satu pesan ibu yang paling saya ingat, “Jangan meninggalkan salat tahajud.”

Syahdan, kuliah dimulai pada Agustus 2007. Program Beastudi Etos masih pada tahap survei calon penerima. Padahal saya sangat berharap banyak ketika mulai kuliah program Etos juga berjalan. Alasannya peraih Beastudi Etos berhak tinggal di asrama. Karena belum dimulai saya tak punya tempat tinggal. Saya tidak mungkin bisa menyewa indekos karena bekal yang sedikit. Terpaksa saya menumpang tidur di kamar teman-teman mahasiswa PPKB yang tinggal di Asrama UI. Selama dua pekan saya berganti-ganti kamar tumpangan. Tujuannya agar tidak terlalu mengganggu pemilik kamar.

Kesulitanku ini mengundang saran dari salah seorang alumni. Entah dari mana dia tahu kondisiku saat itu. Selain saya mendapatkan tawaran gratis makan, saya juga diberikan saran untuk tinggal di

Asrama Yayasan Mata Air Biru yang dikelola alumni Fakultas Teknik UI. Saya diterima tinggal di sana selama dua tahun. Saya harus menempuh perjalanan sejauh empat kilometer menuju kampus karena lokasi asrama yang jauh. Kendati lelah saya bersyukur bisa mendapatkan tempat tinggal.

Masalah sepertinya tak rela meninggalkanku. Begitu soal tempat tinggal terselesaikan, Tagihan melunasi ongkos masuk kuliah ditagih manajemen kampus. Kendati sisa Rp 1,1 juta, saya tetap tak bisa melunasi. Saya balik ke Cirebon, bukan untuk meminta uang kepada orang tua. Saya menuju sekolah dan bercerita kepada Bapak Feri Supeno, gurunya sekaligus Kepala SMA 2 Cirebon. Sungguh besar hati Pak Feri, ia memberikanku uang Rp 1,5 juta. Uang itu berasal dari kantong pribadinya.

Setelah kembali ke kampus, dua bulan kuliah, pada akhir September 2007, tiba lah saat yang ditunggu-tunggu. Beastudi Etos diumumkan, saya salah satu peraihnya. Pemenang berhak mengantongi ongkos semester selama satu tahun, asrama tempat tinggal, dan uang saku Rp 450 ribu per bulan selama tiga tahun. Saya langsung sujud syukur.

Hadiah itu tak bisa langsung dinikmati. Manajemen Dompet Dhuafa mengakui ada keterlambatan memulai program Etos tahun itu. Alasannya jumlah peserta membludak. Keterlambatan itu membuat waktu masuk asrama diundur lebih dari bulan. Tepatnya Oktober, program Etos baru dimulai. Di asrama itu, saya banyak disodorkan beragam pembinaan.

Lewat rutinitas itu, saya menikmatinya. Sepertinya kondisi ini bakal berjalan lama, namun ternyata tidak. Mendadak ada kabar tragis dari Cirebon. Ayah mengalami kecelakaan kerja, tiga jari tangannya terpotong oleh mesin gir pabrik. Karena belum telat, jari itu bisa disambung lagi melalui operasi. Ongkos operasi mencapai Rp 30 juta.

Biaya operasi tak sanggup dibayar orang tuaku. Kondisi dua kakak juga belum mapan betul secara ekonomi. Saya memberanikan diri meminjam kepada pengurus Etos, teman kuliah, kakak angkatan, dan beragam pihak. Walhasil, dana pinjaman terkumpul Rp 25 juta dan langsung dikirim ke Cirebon.

Karena statusnya pinjam, saya wajib melunasi. Saya mulai menyadari masalah yang bertubi-tubi kerap datang bersama jalan keluarnya. Begitu pula dengan persoalan pelunasan utang ini. Jalan keluar itu berupa mengajar siswa sekolah. Maha besar Allah.

Saya memilih mengajarkan matematika, fisika, dan kimia untuk SMA. Menemukan bisnis ini, saya dibantu oleh teman saya. Berkat dia saya memperoleh sembilan anak didik. Upah dari mengajar, harus dibagi 30 persen untuk temanku. Dua kali mengajar dalam sepekan, pendapatan yang diterima mencapai Rp 2,5 – 4 juta per bulan. Setiap upah langsung dibayarkan membayar utang. Selain bersumber dari mengajar, lomba kreatifitas mahasiswa, desain grafis saya ikuti untuk menambah penghasilan. Dalam sebelas bulan, Oktober 2007 hingga Agustus 2008, utang yang terlunasi berbilang Rp 25 uta

Mengajar untuk membayar utang membuatku benar-benar sibuk. Saya kerap pulang ke asrama hingga pukul 12 malam. Banyak program Etos yang tertinggal. Kondisi ini membuatku mendapatkan teguran dari pendamping. Kepada pendamping, saya bercerita kondisi yang terjepit itu.

Saya bersyukur dalam kondisi terjepit, memberi pengalaman bagaimana bekerja keras, tahu cara melobi orang, dan bersikap dengan beragam orang. Pengalaman itu mengubah saya lebih dewasa dan mengendalikan emosinya.

Menginjak tahun ketiga, beasiswa Etos untuk ongkos per semester berakhir. Beasiswa itu ada gantinya setelah meraih beasiswa program peningkatan prestasi akademik hingga lulus. Beasiswa ini bak pintu masuk saya ke dalam zona nyaman. Tidak dipungkiri serba berkecukupan menjadi harapan banyak orang, apalagi mahasiswa. Ibaratnya urusan ongkos kuliah dan ongkos sehari-hari sudah ada, tugasnya hanya belajar dan belajar.

Tapi bagi saya zona nyaman tak sepenuhnya nikmat. Barangkali sejak awal kuliah saya sudah banyak benturan dengan masalah, maka sepertinya saya rindu dengan masalah. Kendati tetap bekerja dengan mengajar privat, ketidaknyamanan mulai membuncah. Untuk mengobati kegundahan, saya memilih berbisnis.

Saya memilih beternak domba dengan modal dari berutang. Berutang tak selamanya buruk, justru jika kita mampu menyikapinya dengan tepat, berutang dapat mendorong pada sikap professional. Sikap professional itu berupa disiplin, kerja keras, tumbuh dari kekhawatiran tidak bisa melunasi utang.

Saya berhutang Rp 8 juta dari beragam pihak. Dana itu untuk membeli lima ekor domba terdiri dari satu jantan dan empat betina jenis domba Garut yang diternakan di Cirebon. Saya memilih bisnis domba bukan tanpa hitungan. Pengalaman menjadi panitia Idul Adha, membuat saya tahu betul soal domba. Selain itu, kebutuhan daging akan terus, sehingga bisnis domba salah satu sektor strategis.

Dengan berbisnis, kesibukanku bertambah. Sabtu-Ahad pergi ke Cirebon mengurus domba. Saat libur panjang, giliranku untuk berguru ke petani domba di Tasikmalaya dan Garut Jawa Barat. Keberuntungan terus bergulir, saya bisa menambah domba dengan uang yang saya menangkan dari beragam perlombaan di kampus. Setahun kemudian saya menjual domba pada musim haji 2009. Satu ekor domba dibanderol Rp 1,5 juta dengan keuntungan 40 persen per ekor.

Saya tak cepat berpuas diri. Saya mencoba mengalihkan domba itu ke Depok. Tujuannya agar bisnisku berkembang. Karena memiliki keterampilan mendesain, saya membuat brosur dan pamflet untuk menjaring konsumen. Di setiap event pelatihan bisnis dan motivasi domba ditawarkan. Kendati banyak yang menolak, toh, ada saja konsumen yang terjaring. Order pertama 10 ekor domba. Puncaknya saya mampu mendatangkan 20 ekor domba dengan omset Rp 32 juta.

Beragam tantangan itu mendorong saya menjaring investor baru. Kesuksesan kecil itu memudahkan saya melobi banyak pihak. Hingga akhirnya saya mampu menghimpun dana Rp 45 juta. Investasi baru itu saya gunakan untuk ekspansi bisnis. Saya membuka kandang domba di Sawangan Depok. Saya bercita-cita membangun bisnis susu kambing ettawa dan integrated farming system.

Jumlah produksi dan penjualan terus terdongkrak. Konsep juga berkembang, saya berusaha mengawinkan bisnis ini dengan model pemberdayaan masyarakat khususnya petani di daerah. Para petani diberikan modal 10 ekor domba. Menjelang hari raya Idul Adha, saatnya panen. Domba diambil dengan bagi hasil yang menguntungkan petani.

Untuk strategi pemasaran, saya melakukan promosi dengan strategi ketika orang membeli kambing kepada kami dan kami pun memberikan hadiah kepada pembeli berupa baju batik. Untuk pembelian kambing pada saat Idul Fitri dan liburan anak sekolah, kami memberikan diskon kepada pembeli berupa voucher liburan ke pemandian air panas. Saya juga memberikan undian kepada pembeli yang berlangganan setiap tahunnya dengan doorprize berupa laptop, seluler dan sebagainya. Pembeli juga mendapatkan jaminan domba yang bagus, jika domba cacat akan kami ganti. Dengan demikian kepuasan pelanggan adalah nomor satu.

Untuk manajemen modal, saya menerapkan sistem bagi hasil. Adapun manajemen karyawan, saya menggunakan model dua gaji yaitu gaji pokok dan tunjangan. Gaji pokok setiap bulan berbilang Rp 600-700 ribu. Sedangkan besaran gaji tunjangan menyesuaikan dengan target dalam pencapaian untuk penggemukan domba. Keuntungan yang kedua adalah bagi karyawan yang berprestasi dalam kinerja dan pencapaian target. Karyawan tersebut, kita berikan hadiah berupa Umroh.

Untuk pemanfaatan teknologi sendiri dalam “Penggemukan Domba Garut”, yaitu saya menggunakan pakan alternatif yaitu ampas tahu ditambah kuning telur. Pakan alternatif kedua saya menggunakan susu sapi pada keadaaan beku, alternatif ketiga dengan kacang kedelai atau kacang hijau.

Saya sadar betul bisnis akan bertahan dan sukses dengan membangun jaringan. Untuk itu saya memanfaatkan jaringan komunitas ESQ, yang saya tergabung di dalamnya. Selain itu saya juga tergabung dengan banyak komunitas lainnya seperti Enterpreneur University, Komunitas Tangan Di Atas. Untuk pengelolaan kompetisi, saya menggunakan paguyuban untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan petani.

Melalui bisnis itu saya diganjar banyak penghargaan dari instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, dan perusahaan swasta. Sekarang saya membuka holding baru pada 2013 di PT. ANS ANDI NATA SUMARI. Perseroan ini bergerak di bidang travel dan sekolah yaitu ANS Travel dan ANS Bussines School. Semua inovasi dan ekspansi bisnis saya terinspirasi kisah Abdurrahman bin Auf yang mengelola bisnis bukan untuk keluarga lagi tapi untuk kemanfaatan sebanyak banyaknya umat manusia.

Ditulis oleh Andi Nata, Alumni Teknik Mesin 2007.

Artikel Asli bisa dilihat di http://www.beastudiindonesia.net/insipirasi-abdurrahman-bin-auf/

Mata Air Biru

Mata Air Biru

Mata air, secara definitif adalah sebuah titik di mana air tanah mengalir keluar dari permukaan tanah, yaitu tempat di mana muka air tanah bertemu dengan permukaan tanah. Ya, di titik-titik pertemuan itulah air keluar dari tempat bertapanya. Tuhan memerintahkan air berkelana, menjumpai tanah, tumbuhan, hewan, dan manusia serta makhluk lainnya yang membutuhkan kehadirannya.

Mata air seringkali diidentikkan dengan sumber kehidupan. Sebagai gambaran jiwa pemberi karena dalam ukuran tertentu selalu memberikan manfaat kepada apa-apa yang dilewatinya. Sebagai gambaran semangat yang tinggi, karena selalu berusaha mencari jalan keluar terhadap apa-apa yang menghalangi tujuannya. Sebagai sumber ilmu pengetahuan, seperti yang dipergunakan oleh salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia dalam lambang universitasnya. Ya, itulah mata air, yang penjelasan manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya tak mungkin dapat diuraikan dalam tulisan ini.

Mata air biru, tiga kata itulah yang menjadi judul dalam tulisan ini. Saya mengetahui tiga kata ini karena itulah nama sebuah yayasan sosial yang dibentuk oleh alumni fakultas teknik di tempat saya menimba ilmu. Biru adalah warna yang menjadi identitas fakultas teknik, sedangkan mata air, diambil dari lambang universitas. Saya sangat mengagumi apa yang dilakukan oleh alumni yang telah sukses di bidangnya masing-masing tersebut. Kesuksesan yang mereka raih, tidak menjadikan congkak dan lupa akan almamater, namun sebaliknya, mereka kembali turun guna membantu almamater, memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang tidak mampu secara finansial, memberikan pondokan gratis bagi mahasiswa, memberikan beasiswa kepada anak karyawan fakultas , memberikan bingkisan kepada satpam dan karyawan, menyumbangkan dananya untuk kegiatan ilmiah dan kegiatan kemahasiswaan, membuka unit usaha yang keuntungannya disumbangkan untuk kegiatan sosial, dan masih banyak lagi yang dilakukan mereka untuk kemajuan pendidikan di almamaternya.

Ya, berkuliah bagi sebagian orang adalah hal yang mudah, tentunya bagi mereka yang mempunyai dukungan finansial yang mapan, namun bagai kebanyakan orang seperti saya dahulu saat pertama kali menapaki kampus, hal tersebut adalah hal yang hampir dianggap mimpi. Bagaimana tidak, penghasilan orangtua hanya cukup untuk kebutuhan harian saja, bahkan terkadang kurang. Hal ini membuat mahasiswa yang kurang mampu harus bekerja part time, entah sebagai pengajar, penjaga perpus, berjualan, sebagai sales, dan lainnya.

Kehadiran Mata Air Biru sebagai Yayasan sosial, sangatlah membantu mahasiswa dalam menggapai impiannya. Saya pernah ikut dalam acara pembagian beasiswa untuk mahasiswa dan karyawan, sungguh melihat senyum mereka seperti merasakan kehidupan saya di waktu-waktu yang lalu, ya, saya satu frekuensi dengan mereka yang menerima beasiswa, saya pernah merasakan hal yang sama dengan mereka, dan saya pernah merasakan, bahagianya mendapat beasiswa saat kita benar-benar membutuhkannya.

Saya yakin, sangat banyak organisasi lain yang melakukan hal yang sama bahkan lebih dari apa yang dilakukan oleh yayasan mata air biru. Mereka seperti mata air, sebagai gambaran jiwa pemberi, jiwa kedermawanan. Mereka hidup dalam kehidupannya dan dalam kehidupan orang lain. Dan tentunya, amal mereka akan menghidupkan hari-hari di dunia ini, bahkan sampai saat perjumpaan dengan Tuhan nanti.

Kebahagiaan terindah adalah saat kita bisa memberikan apa yang kita punya untuk orang lain yang membutuhkan, ya, rasakanlah kebahagiaan itu, mulai dari yang terkecil. Saat memasukkan uang ke dalam kotak amal, saat membayar zakat, saat berkurban, saat bekerja di kantor, saat berdagang, saat melakukan apapun, sadarilah bahwa saat itu kita sedang berupaya memberi apa yang kita bisa beri. Tuhan merancang kebaikan, bagi mereka yang pantas menerimanya, maka jadikanlah diri kita pantas, untuk menerima rancangan kebaikan Tuhan.

Selamat memberi, seperti layaknya mata air …
KEEP STRUGGLING !!!

Ditulis oleh Tribuana, Alumni Elektro 2002.

Penerima Beasiswa MAB Mengikuti Dutch Solar Challenge 2016 di Belanda

Penerima Beasiswa MAB mengikuti Dutch Solar Challenge 2016 di Belanda

Salah satu penerima Beasiswa MAB, M. Hanafi Lubis, mahasiswa teknik perkapalan angkatan 2014 bersama tim nya Solar Boat Team (SBT) UI kini tengah bersiap mengikuti Dutch Solar Challenge (DSC) 2016 yang dilaksanakan di Amsterdam, Belanda. Minggu lalu (19/6), rombongan tim SBT UI berangkat dari Jakarta menuju Belanda, sementara kapal buatan mereka yang akan diikutsertakan dalam kompetisi tersebut sudah lebih dahulu diberangkatkan akhir Mei lalu.

Dalam DSC 2016, tim SBT UI mengandalkan Jagur untuk berlaga di kompetisi ini. Jagur atau Jayasatria Garuda merupakan kapal bertenaga surya pertama karya tim Solar Boat Team (SBT) dari program studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).

Secara fisik kapal ini mengadaptasi salah satu kapal tradisional Indonesia yakni Jukung. Berbalut warna putih, Jagur mengusung konsep Trimara, yaki menggunakan tiga cadik atau “hull samping” serta menggunakan sumber energi ramah lingkungan, yakni tenaga matahari sebagai penggerak kapal.

Secara real time, Jagur mampu bertahan selama tiga jam dalam kondisi matahari terik maksimum. Berbekal “throttle gas” dan mesin yang diyakini mumpuni, Jagur mampu melaju dengan kecepatan maksium 22 km/jam.

Selamat Berjuang team SBT UI!

Semoga Jagur bisa membawa tim SBT UI untuk mengharumkan nama UI dan Indonesia di kancah Internasional.

Buka Puasa Bersama Pondokan MAB dan Silaturahim Angkatan 2012

Buka Puasa Bersama Pondokan MAB

Pada Jum’at, 17 Juni 2016 bertempat di Asrama Putri Beasiswa Pemimpin Bangsa Sinergi Foundation diadakan buka puasa bersama Pondokan MAB dan silaturahim serta syukuran penerima beasiswa MAB angkatan 2012 yang baru saja menyelesaikan sidang skripsi. Pertemuan ini menjadi penutup di akhir semester genap sebelum menikmati liburan kenaikan tingkat dan wisuda. Beberapa dari penerima beasiswa MAB telah pulang ke kampung halamannya masing-masing sehingga tidak full team yang menghadiri pertemuan ini.

Time flies. Pertemuan ini menjadi awal perpisahan kami dengan angkatan 2012 sebelum mereka secara resmi meninggalkan status mahasiswa. Bagi kami, hubungan kekeluargaan yang dibangun selama bersama-sama di Pondokan MAB cukup memberikan ikatan batin tersendiri di hati kami.

Dalam acara tersebut, selain buka puasa bersama, angkatan 2012 berbagi cerita, semangat tentang rencana hidup ke depan dan juga kesan nya selama menjadi bagian dari pondokan MAB. Perpisahan menjadi awal bagi pertemuan-pertemuan lainnya. Terima kasih sudah memberikan warna bagi keluarga Yayasan MAB. Semoga segala impian, rencana, keinginan yang ingin dicapai diberikan kemudahan oleh Allah SWT untuk mencapainya. Semoga kesuksesan selalu menyertai kalian semua…

Selamat atas suksesnya sidang skripsi kalian….

We proud of you…

Gallery Foto :

Congratulation untuk Penerima Beasiswa MAB Angkatan 2012

Congratulation untuk Penerima Beasiswa MAB Angkatan 2012

You deserve it because you are awesome!

Selamat kepada penerima Beasiswa MAB angkatan 2012 yang telah menyelesaikan sidang skripsinya dengan lancar. One step closer to be the real engineer…

  • Selamat untuk Akira Oscar, Teknik Kimia 2012

Selamat menjadi sarjana teknik ui

  • Selamat untuk Nurhidayatunnisa, Teknik Perkapalan 2012

Selamat menjadi sarjana teknik ui

  • Selamat untuk Siti Awaliyatul Fajriyah, Arsitektur 2012

Selamat menjadi sarjana teknik ui

  • Selamat untuk Saifan Rizaldy, Teknik Perkapalan 2012

Selamat menjadi sarjana teknik ui

  • Selamat untuk M. Mahfud, Teknik Perkapalan 2012

Selamat menjadi sarjana teknik ui

Pemberian Apresiasi untuk Penerima Beasiswa MAB Pondokan Berprestasi

Penerima Beasiswa MAb Pondokan Berprestasi

Sebagai seorang mahasiswa, prestasi menjadi sebuah indikator keberhasilan yang wajib dicapai selain fokus dalam studi untuk meningkatkan perolehan IPK. Sejak memasukan perkuliahan di semester genap ini, penerima Beasiswa Pondokan MAB diwajibkan untuk melaporkan capaian prestasi yang dicapai setiap bulannya mulai bulan Februari hingga Mei 2016.

Pada Sabtu (21/5), bertempat di Pondokan MAB Putra Permata Darussalam dalam acara Gathering Pondokan MAB Bulan Mei sekaligus syukuran ulang tahun Bu Tin dan rumah baru pondokan MAB, diumumkan Penerima Beasiswa MAB Pondokan Berprestasi. Terpilih dua orang penerima beasiswa MAB Pondokan Berprestasi periode semester genap 2016 yaitu Agus Budiansyah (Teknik Elektro 2013) dan Kukuh Lolana (Teknik Industri 2014). Dari hasil rekapitulasi laporan prestasi, mereka adalah penerima beasiswa pondokan MAB yang paling berprestasi dibandingkan dengan lainnya.

Prestasi terakhir yang mereka peroleh yakni; Agus menjadi Speakers Up Narasumber dengan tema “Ketahanan Energi Indonesia Menghadapi MEA” pada acara Jakarta Marketing Week, 16 Mei 2016 lalu. Sedangkan Lola berhasil menjadi juara 2 pada System Design Competition Breaking Industrial Limit 2016 di Universitas Bakrie.

Sebagai apresiasi, Yayasan MAB memberikan Reward Apresiasi kepada Agus dan Lola yang diwakili oleh Bu Dijan dan Bu Tin. Pemberian reward ini harapannya bisa terus memacu para penerima beasiswa Pondokan MAB untuk senantiasa menjadi mahasiswa yang aktif dalam kegiatan akademik dan non-akademik melalui capaian prestasi.

Selamat untuk Agus dan Lola! Semoga bisa menjadi pemicu semangat bagi rekan-rekan penerima beasiswa Pondokan MAB lainnya untuk senantiasa meningkatkan prestasi.

Catatan Perjalanan : Keseruan Mengikuti Youth Camp Locavore 2016

Indonesia Berseru atau biasa disingkat IB berdiri 2008, namun sebelumnya 2005 baru individu-individu yang berminat dalam hal ini dan akhirnya mereka memutuskan bergabung dalam suatu komunitas. Program-program yang dikembangkan Indonesia berseru, salah satunya adalah aliansi desa sejahtera yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Youth camp pertama yakni diadakan 2008 di Jogja. Komunitas ini meyakini bahwa anak muda adalah  penggerak perubahan salah satunya di bidang pangan. Salah satu inovasi anak muda di komunitas pemberani yang disponsori oleh IB adalah Zainal yang menggunakan dedak menjadi tepung sebagai alternatif pengganti tepung dari gandum, dimana sama-sama diketahui bahwa Indonesia setidaknya impor gandum 70 ton pertahun.

Youth camp yang saya dan teman-teman ikuti kali ini adalah yang ke-8 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu dan membahas tentang sumber pangan di Indonesia.

Gimanaa serunyaa Youth Camp ini?!! Berikut cerita singkatnya 😉

Kita berangkat ke kali adem untuk naik kapal menuju Pulau Pramuka. Sebelumnya kami berkumpul dulu di stasiun Jakarta Kota untuk memudahkan akses ke kali adem dengan menggunakan angkot. Kami berangkat pukul 08.00 dari dermaga bersama rombongan peserta dan panitia yang memiliki latar belakang yang berbeda.Perjalanan ke Pulau Pramuka kurang lebih 3 jam sehingga kami sampai di tempat tujuan pukul 11.00. Kemudian kami diarahkan ke tempat penginapan, dan dibagi-bagi  dalam kelompok yang isinya 5-6 orang se kamar. Teman sekamar saya yaitu Kak Putri, Kak Grace, Kak Nadia,dan Kak Selly. Saya mendapat pengalaman dan cerita menarik dari kakak-kakak ini, selain juga mendapat pengalaman seru dari teman-teman seperjalanan kali ini. Kami istirahat dan makan siang sampai jam 1.

Lalu dilanjutkan dengan pemberian materi di dalam aula. Disini kami belajar mengenal dan akrab satu sama lain diantaranya mengetahui nama dan makanan kesukaan dan informasi lainnya mengenai pribadi partner2 kita yang di rolling dan diganti-ganti. Lalu kita juga dibagi dalam kelompok lagi, disini saya mengenal lebih jauh lagi dari peserta-peserta dimana kami diminta menjelaskan karakter paling baik. Selain itu kita juga belajar dari pengalaman Mars , Ka Ajeng, Ka Nadia, Ka Yuli, dan bang Ojan, juga 2 mentor berpengalaman sebelumnya ikut Youth Camp, yaitu Ka Eva dan Ka Putri. Kami mengeksplorasi diri dengan membuat gambar tentang pengalaman masa kecil yang paling berkesan, tokoh idola, prestasi yang paling membanggakan, buku yang terakhir dibaca dan lambang yang mencerminkan diri kita sendiri.

Dari Kegiatan mengeksplor diri ini kita belajar bagaimana menghargai orang lain, mendengarkan mereka, memberi support, menjadi orang yang open minded dan memperluas link kenalan kita tidak hanya di ruang lingkup lingkungan kerja, universitas atau sekolah sebab untuk berpartisipasi dan kontribusi kita butuh ide orang lain, kritikan dan masukan orang lain serta pertolongan dan dukungan dari teman-teman di berbagai sektor. Selain pengembangan diri kami mendapat materi luar biasa dari On Tejo dan mbak Aida. Beliau mentrigger kami untuk menganalisa sendiri mengapa kita harus membahas tntang pangan, mengapa harus pangan lokal dan mengapa harus diprakarsai oleh anak muda? 😃

Kami membahas tiap topik di masing-masing kelompok dan menerima banyak inspirasi dan wawasan yang lebih luas lagi setelah mendengarkan pendapat-pendapat tiap kelompok. Hasil diskusi kelompok saya kurang lebih seperti ini 😆

Youth Camp 2

Sangat banyak ilmu dan wawasan yang saya dapat selama Youth Camp ini dan semoga kita para pemuda, penggerak perubahan dapat memahami permasalah dan tantanga negri ini ke depannya dan dapat melangkah maju mencegah leterpurukan pangan Indonesia beberapa tahun kemudian. Banyak hak yang dapat kita lakukan diantaranya ialah mengubah pola hidup sehat dengan mengurangi kebiasaan hedonisme makanan luar negri/ branded luar yang belum tentu mengandund nutrisi baik bagi tubuh dan beralih ke pangan lokal, hasil bumi sendiri , hasil olahan penduduk Indonesia. Oiyaa selain mendengarkan materi dan bertuka pikiran, kami juga melakukan observasi tentang pangan dan kehidupan warga lokal pada hari kedua. Banyak cerita yang menyentuh hati, mengagumkan dan haru dari warga sekitar yang kami wawancara. Sekian cerita singkat saya tentang pengalaman ikut Youth Camp di Kepulauan Seribu. Masih banyak lagi yang ingin saya ceritakan hahah 😂 Namun jika ingin berdiskusi atau tanya-tanya terkait Youth Camp & Locavore yang super awesome ini , silakan mention di twitter saya @suhasidratul hehe.. Terimakasih 😊

Sebagai penutup ini segelintir momen saat mengunjungi pulau Pramuka…

Youth Camp 3

Penulis : Suha Sidratul Yahya, Mahasiswa Teknik Metalurgi dan Material angkatan 2014.Suha merupakan penerima beasiswa MAB asal Padang.

Penerima Beasiswa MAB Mengikuti Youth Camp 2016 Young Locavore

Dua Penerima Beasiswa MAB terpilih mengikuti Youth Camp 2016 ‘Young Locavore’ pada 23-24 April 2016 yang bertempat di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Mereka adalah Kukuh Lolana (Teknik Industri angkatan 2014) dan Suha Sidratul Yahya (Teknik Metalurgi dan Material angkatan 2014). Acara yang dikhususkan untuk anak muda yang peduli terhadap isu pangan lokal tersebut diselenggarakan oleh Perkumpulan Indonesia Berseru, Aliansi Desa Sejahtera dan GROW(Oxfam di Indonesia).

Melalui tema ‘Menikmati pangan dan mamahami siatuasi pangan di negeri agraris dan bahari’ di kegiatan Youth Camp 2016, para peserta diajak untuk berpikir dan merencanakan tindakan yang cerdas dan tepat dalam merespon situasi pangan kita. Selama 2 hari, mereka bersama mengeksplorasi situasi pangan negeri tercinta ini, sumber daya laut kita, mulai untuk mengenal siapa produsen pangan kita, diantaranya nelayan kita, bagaimana kondisi mereka dan memahami bahwa pola makan kita membentuk masa depan kita.

Berdasarkan data dari BKBN tahun 2013, jumlah penduduk usia muda di Indonesia sekitar 70 juta atau 28% dari total jumlah penduduk keseluruhan. Tantangan yang dihadapi anak muda di era global ini sangat besar. Terkait pangan misalnya, jika sehari-hari anak muda lebih akrab dengan hal-hal berkaitan dengan makan dimana, dengan siapa, enak atau tidak, harganya sesuai kantong kah?

Maka, dalam kegiatan Youth Camp ini mereka akan menggali lebih jauh tentang situasi pangan di negeri kita. Urusan pangan menjadi tanggung jawab negara untuk melindungi masyarakatnya, termasuk juga anak muda. Dengan jumlah penghasil pangan yang semakin berkurang, lahan pangan yang menyempit, bagaimana kita melihatdan menempatkan pangan kita. Sementara sumber daya laut Indonesia berlimpah, tetapi sebagian besar nelayan hidup miskin, ikan segar jarang dinikmati masyarakat, garam diimpor, mangrove menghilang, pantai-pantainya ditimbun berbagai alasan.

Sumber: Aliansi Desa Sejahtera

Semangat Baru di Rumah ‘Baru’ Pondokan MAB

Akhir April menjadi awal untuk memulai semangat baru kembali. Setelah #9DaysofChallenge untuk menggiatkan semangat kami dalam menjalani aktivitas rutin di pagi hari yaitu Sholat Subuh berjama’ah di masjid dan kajian pagi, kini semangat perubahan itu muncul dalam suasana baru. Ya, semangat itu muncul karena kini kami memulainya dalam suasana baru Rumah Pondokan MAB.

Akhir April lalu, kami memulai pindahan dari lokasi Pondokan MAB sebelumnya di Puri Kukusan 4G, Kukusan ke lokasi baru Rumah Pondokan MAB di Permata Darussalam G5, Kukusan. Semoga suasana baru di Rumah ‘baru’ Pondokan MAB bisa menjadi penyemangat bagi kami untuk terus berkarya menjadi sarjana teknik yang bermanfaat kelak bagi Indonesia.

Beasiswa Pondokan MAB bagi kami tidak hanya sebagai sebuah tempat tinggal, tetapi disinilah rumah kami sebenarnya. Tempat untuk kami istirahat kembali pulang setelah seharian berjuang menuntut ilmu, tempat untuk kami melepas kerinduan kepada keluarga yang jauh disana, dan tempat kami belajar untuk menjadi insan-insan yang kelak bisa memberikan kebermanfaatan bagi nusa dan bangsa.

Dari sinilah semangat itu kami mulai, di Rumah Pondokan MAB…